”Indah bukan? Langit dan laut di sore hari?”
”Indah. Seperti kisah kita.”
”….”
”Tapi bedanya, cinta kita sudah lama terbawa arus bahkan sudah hilang entah kemana. Kita seperti dua jiwa yang bertemu di alam semesta yang tak terbatas, lalu akhirnya berpisah karena alasan tertentu. Dulu, kita pernah berdiri bersama seperti sekarang. Di hadapan lautan yang luas ini, kita merasakan kebahagiaan dan keindahan yang tak terungkapkan, membiarkan diri kita tenggelam dalam ketenangan yang hanya dapat ditemukan di samudera yang tak berujung. Ternyata kita pernah sebahagia itu.”
”Dulu kita sangat terikat, ya.”
”Iya, sangat sangat terikat. Namun dunia berkata lain.
Tuhan kita berbeda, dan kamu tahu, kita tidak akan pernah bisa bersama, Ra.”
”Sakit rasanya kalau mengingat. Betapa bahagianya kita dahulu. Melakukan banyak hal dan membahas banyak hal disini. Tempat ini menjadi kenangan kita.”
”Ra, sudah. Bahkan kala itu, disini, aku pernah mengatakan, jangan terlalu jatuh ketika sedang jatuh cinta, Ra. Tapi lihat sekarang? Kamu sudah terlalu jauh, dan kamu sudah bukan jatuh, tapi tenggelam.”
”Memang. Tapi inilah aku, yang sangat tenggelam dalam cintamu. Kau tahu? Cintaku untukmu, itu seperti lautan yang luas dan dalam, yang tidak terbatas oleh batas-batas yang dikenal. Setiap detik yang kita habiskan bersama adalah pengalaman yang memenuhi hatiku dengan kegembiraan, seperti setiap gelombang yang menghantam pantai dengan kekuatannya.
Dan aku akan selalu mencintaimu seperti aku mencintai laut.”
”But we can never drown together, Ra.”
”Then, let me drown alone.”